Pertemuan Pertama
BAB 1 MASA KERAJAAN-KERAJAAN HINDU-BUDHA
A.
PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA SERTA KEBUDAYAAN
HINDU-BUDHA DI INDONESIA
1. Masuknya
agama dan kebudayaan Hindu-Budha membawa perubahan kehidupan masyarakat
Indonesia, antara lain :
ü Semula
belum mengenal tulisan (masa praaksara) menjadi mengenal tulisan dan memasuki
zaman sejarah (masa aksara).
ü Semula
hanya mengenal dan menganut kepercayaan animisme dan dinamisme kemudian
mengenal dan menganut agama dan kebudayaan Hindu-Budha.
ü Semula
hanya mengenal sistem kesukuan dengan kepala suku sebagai pemimpinnya menjadi
pengenal dan menganut sistem pemerintahan kerajaan dengan raja sebagai pimpinan
pemerintahan yang bercorak Hindu-Budha.
2. Teori
masuk dan berkembangnya kebudayaan Hindu-Budha sebagai berikut.
ü Teori
waisya, berpendapat bahwa masuknya agama dan kebudayaan Hindu dibawa oleh
golongan pedagang (waisya). Mereka mengikuti angin musim (setengah tahun
berganti arah) sehingga enam bulan menetap di Indonesia dan menyebarkan agama
dan kebudayaan Hindu. Salah satu tokoh pendukung hipotesis waisya adalah
N.J.Krom.
ü Teori
Ksatria, pembawa agama dan kebudayaan Hindu ialah golongan ksatria yang kalah
perang di India, kemudian lari ke Indonesia. Salah seorang pendukung hipotesis
ksatria adalah C.C.Berg.
ü Teori
Brahmana, pembawa agama dan kebudayaan hindu ke Indonesia ialah golongan
Brahmana yang diundang oleh raja raja Indonesia untuk menobatkan dengan upacara
Hindu (abhiseka=penobatan). Pendukung hipotesis ini adalah J.C.van Leur.
ü Teori
nasional, bahwa bangsa Indonesia yang berdagang ke India pulang dengan membawa
agama dan kebudayaan Hindu atau sebaliknya orang-orang Indonesia (raja)
mengundang Brahmana kemudian Brahmana menyebarkan agama dan kebudayaan Hindu di
Indonesia. Pendapat ini disebut teori arus balik. Pendukung teori ini adalah
F.D.K.Bosch.
B. PERKEMBANGAN
TRADISI HINDU-BUDHA
AKULTURASI
Masuknya budaya Hindu-Budha di Indonesia menyebabkan
munculnya Akulturasi. Akulturasi merupakan perpaduan 2 budaya dimana kedua
unsur kebudayaan bertemu dapat hidup berdampingan dan saling mengisi serta
tidak menghilangkan unsur-unsur asli dari kedua kebudayaan tersebut. Kebudayaan
Hindu-Budha yang masuk di Indonesia tidak diterima begitu saja melainkan
melalui proses pengolahan dan penyesuaian dengan kondisi kehidupan masyarakat
Indonesia tanpa menghilangkan unsur-unsur asli. Hal ini disebabkan karena:
1.
Masyarakat Indonesia telah memiliki dasar-dasar
kebudayaan yang cukup tinggi sehingga masuknya kebudayaan asing ke Indonesia
menambah perbendaharaan kebudayaan Indonesia.
2.
Kecakapan istimewa yang dimiliki bangsa
Indonesia atau local genius merupakan kecakapan suatu bangsa untuk menerima
unsur-unsur kebudayaan asing dan mengolah unsur-unsur tersebut sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia.
Pengaruh kebudayaan Hindu hanya bersifat melengkapi
kebudayaan yang telah ada di Indonesia. Perpaduan budaya Hindu-Budha melahirkan
akulturasi yang masih terpelihara sampai sekarang. Akulturasi tersebut
merupakan hasil dari proses pengolahan kebudayaan asing sesuai dengan
kebudayaan Indonesia.
Seni Bangunan
Seni bangunan tampak pada bangunan candi sebagai wujud
percampuran antara seni asli bangsa Indonesia dengan seni Hindu-Budha. Candi
merupakan bentuk perwujudan akulturasi budaya bangsa Indonesia dengan India.
Candi merupakan hasil bangunan zaman megalitikum yaitu bangunan punden
berundak-undak yang mendapat pengaruh Hindu Budha. Contohnya candi Borobudur.
Pada candi disertai pula berbagai macam benda yang ikut dikubur yang disebut
bekal kubur sehingga candi juga berfungsi sebagai makam bukan semata-mata
sebagai rumah dewa. Sedangkan candi Budha, hanya jadi tempat pemujaan dewa
tidak terdapat peti pripih dan abu jenazah ditanam di sekitar candi dalam
bangunan stupa.
Seni Sastra dan Aksara
Periode awal di Jawa Tengah pengaruh sastra Hindu cukup
kuat.
Periode tengah bangsa Indonesia mulai melakukan
penyaduran atas karya India.
Contohnya: Kitab Bharatayudha merupakan gubahan
Mahabarata oleh Mpu Sedah dan Panuluh. Isi ceritanya tentang peperangan selama
18 hari antara Pandawa melawan Kurawa. Para ahli berpendapat bahwa isi
sebenarnya merupakan perebutan kekuasaan dalam keluarga raja-raja Kediri.
Prasasti-prasasti yang ada ditulis dalam bahasa
Sansekerta dan Huruf Pallawa. Bahasa Sansekerta banyak digunakan pada
kitab-kitab kuno/Sastra India. Mengalami akulturasi dengan bahasa Jawa
melahirkan bahasa Jawa Kuno dengan aksara Pallawa yang dimodifikasi sesuai
dengan pengertian dan selera Jawa sehingga menjadi aksara Jawa Kuno dan Bali
Kuno. Perkembangannya menjadi aksara Jawa sekarang serta aksara Bali. Di
kerajaan Sriwijaya huruf Pallawa berkembang menjadi huruf Nagari.
Sistem Kalender
Diadopsi dari sistem kalender/penanggalan India. Hal ini
terlihat dengan adanya Penggunaan tahun Saka di Indonesia. Tercipta kalender
dengan sebutan tahun Saka yang dimulai tahun 78 M (merupakan tahun Matahari,
tahun Samsiah) pada waktu raja Kanishka I dinobatkan jumlah hari dalam 1 tahun
ada 365 hari.
C. KERAJAAN
KUTAI
Kutai Martadipura adalah kerajaan bercorak Hindu di
Nusantara yang memiliki bukti sejarah tertua. Berdiri sekitar abad ke-4.
Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai
Mahakam. Nama Kutai diberikan oleh para ahli mengambil dari nama tempat
ditemukannya prasasti yang menunjukkan eksistensi kerajaan tersebut. Tidak ada
prasasti yang secara jelas menyebutkan nama kerajaan ini dan memang sangat
sedikit informasi yang dapat diperoleh.
Yupa
Prasasti Kerajaan Kutai
Informasi yang ada diperoleh dari Yupa / prasasti dalam upacara
pengorbanan yang berasal dari abad ke-4. Ada tujuh buah yupa yang menjadi
sumber utama bagi para ahli dalam menginterpretasikan sejarah Kerajaan Kutai.
Yupa adalah tugu batu yang berfungsi sebagai tugu peringatan yang dibuat oleh
para brahman atas kedermawanan raja Mulawarman. Dalam agama hindu sapi tidak
disembelih seperti kurban yang dilakukan umat islam. Dari salah satu yupa
tersebut diketahui bahwa raja yang memerintah kerajaan Kutai saat itu adalah
Mulawarman. Namanya dicatat dalam yupa karena kedermawanannya menyedekahkan
20.000 ekor sapi kepada kaum brahmana. Dapat diketahui bahwa menurut Buku
Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Kuno yang ditulis oleh Marwati Djoened
Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto yang diterbitkan oleh Balai Pustaka halaman
36, transliterasi prasasti diatas adalah sebagai berikut:
Nama-Nama Raja Kutai
Peta Kecamatan Muara Kaman
1. Maharaja
Kudungga, gelar anumerta Dewawarman (pendiri)
2. Maharaja
Aswawarman (anak Kundungga)
3. Maharaja
Mulawarman (anak Aswawarman)
4. Maharaja
Marawijaya Warman
5. Maharaja
Gajayana Warman
6. Maharaja
Tungga Warman
7. Maharaja
Jayanaga Warman
8. Maharaja
Nalasinga Warman
9. Maharaja
Nala Parana Tungga
10. Maharaja
Gadingga Warman Dewa
11. Maharaja Indra
Warman Dewa
12. Maharaja
Sangga Warman Dewa
13. Maharaja
Candrawarman
14. Maharaja Sri
Langka Dewa
15. Maharaja Guna
Parana Dewa
16. Maharaja
Wijaya Warman
17. Maharaja Sri
Aji Dewa
18. Maharaja Mulia
Putera
19. Maharaja Nala
Pandita
20. Maharaja Indra
Paruta Dewa
21. Maharaja
Dharma Setia
D. KERAJAAN
TARUMANEGARA
Tarumanagara atau Kerajaan Taruma adalah sebuah kerajaan
yang pernah berkuasa di wilayah barat pulau Jawa pada abad ke-4 hingga abad
ke-7 M. Taruma merupakan salah satu kerajaan tertua di Nusantara yang
meninggalkan catatan sejarah. Dalam catatan sejarah dan peninggalan artefak di
sekitar lokasi kerajaan, terlihat bahwa pada saat itu Kerajaan Taruma adalah
kerajaan Hindu beraliran Wisnu.
Bukti keberadaan Kerajaan Taruma diketahui dengan tujuh
buah prasasti batu yang ditemukan. Lima di Bogor, satu di Jakarta dan satu di
Lebak Banten. Dari prasasti-prasasti ini diketahui bahwa kerajaan dipimpin oleh
Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358 M dan beliau memerintah sampai
tahun 382 M. Makam Rajadirajaguru Jayasingawarman ada di sekitar sungai Gomati
(wilayah Bekasi). Kerajaan Tarumanegara ialah kelanjutan dari Kerajaan
Salakanagara.
Prasasti yang ditemukan
Prasasti Kebon Kopi, dibuat sekitar 400 M (H Kern 1917),
ditemukan di perkebunan kopi milik Jonathan Rig, Ciampea, Bogor
Prasasti Tugu, ditemukan di Kampung Batutumbu, Desa Tugu,
Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, sekarang disimpan di museum di Jakarta.
Prasasti tersebut isinya menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh
Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati sepanjang 6112 tombak atau 12km
oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya.Penggalian sungai
tersebut merupakan gagasan untuk menghindari bencana alam berupa banjir yang
sering terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi
pada musim kemarau.
Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul, ditemukan di
aliran Sungai Cidanghiang yang mengalir di Desa Lebak, Kecamatan Munjul,
Kabupaten Pandeglang, Banten, berisi pujian kepada Raja Purnawarman.
Prasasti Ciaruteun, Ciampea, Bogor
Prasasti Muara Cianten, Ciampea, Bogor
Prasasti Jambu, Nanggung, Bogor
Prasasti Pasir Awi, Citeureup, Bogo
E. KERAJAAN
MATARM KUNO
Awal berdirinya kerajaan
Kerajaan Medang (atau sering juga disebut Kerajaan
Mataram Kuno atau Kerajaan Mataram Hindu) adalah nama sebuah kerajaan yang
berdiri di Jawa Tengah pada abad ke-8, kemudian berpindah ke Jawa Timur pada
abad ke-10. Para raja kerajaan ini banyak meninggalkan bukti sejarah berupa
prasasti-prasasti yang tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta membangun
banyak candi baik yang bercorak Hindu maupun Buddha. Kerajaan Medang akhirnya
runtuh pada awal abad ke-11. Kerajaan Medang (atau sering juga disebut Kerajaan
Mataram Kuno atau Kerajaan Mataram Hindu) adalah nama sebuah kerajaan yang
berdiri di Jawa Tengah pada abad ke-8, kemudian berpindah ke Jawa Timur pada
abad ke-10. Para raja kerajaan ini banyak meninggalkan bukti sejarah berupa
prasasti-prasasti yang tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta membangun
banyak candi baik yang bercorak Hindu maupun Buddha. Kerajaan Medang akhirnya
runtuh pada awal abad ke-11. Prasasti Mantyasih tahun 907 atas nama Dyah
Balitung menyebutkan dengan jelas bahwa raja pertama Kerajaan Medang (Rahyang
ta rumuhun ri Medang ri Poh Pitu) adalah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya.
Sanjaya sendiri mengeluarkan prasasti Canggal tahun 732,
namun tidak menyebut dengan jelas apa nama kerajaannya. Ia hanya memberitakan
adanya raja lain yang memerintah pulau Jawa sebelum dirinya, bernama Sanna.
Sepeninggal Sanna, negara menjadi kacau. Sanjaya kemudian tampil menjadi raja,
atas dukungan ibunya, yaitu Sannaha, saudara perempuan Sanna.
F. KERAJAAN
SRIWIJAYA
Sriwijaya adalah salah satu kemaharajaan bahari yang
pernah berdiri di pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara
dengan daerah kekuasaan membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung
Malaya, Sumatera, Jawa, dan pesisir Kalimantan. Dalam bahasa Sanskerta, sri
berarti "bercahaya" atau "gemilang", dan wijaya berarti
"kemenangan" atau "kejayaan"maka nama Sriwijaya bermakna
"kemenangan yang gilang-gemilang". Bukti awal mengenai keberadaan
kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang pendeta Tiongkok, I Tsing, menulis
bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan.
Selanjutnya prasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya juga berada pada abad
ke-7, yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang, bertarikh 682. Kemunduran
pengaruh Sriwijaya terhadap daerah bawahannya mulai menyusut dikarenakan
beberapa peperangan di antaranya serangan dari raja Dharmawangsa Teguh dari
Jawa pada tahun 990, dan tahun 1025 serangan Rajendra Chola I dari Koromandel,
selanjutnya tahun 1183 kekuasaan Sriwijaya di bawah kendali kerajaan
Dharmasraya. Setelah jatuh, kerajaan ini terlupakan dan keberadaannya baru
diketahui kembali lewat publikasi tahun 1918 dari sejarawan Perancis
G. KERAJAAN
KEDIRI
Kerajaan Kediri atau Kerajaan Panjalu, adalah sebuah
kerajaan yang terdapat di Jawa Timur antara tahun 1042-1222. Kerajaan ini
berpusat di kota Daha, yang terletak di sekitar Kota Kediri sekarang.
Masa-masa awal Kerajaan Panjalu atau Kadiri tidak banyak
diketahui. Prasasti Turun Hyang II (1044) yang diterbitkan Kerajaan Janggala
hanya memberitakan adanya perang saudara antara kedua kerajaan sepeninggal
Airlangga.
Sejarah Kerajaan Panjalu mulai diketahui dengan adanya
prasasti Sirah Keting tahun 1104 atas nama Sri Jayawarsa. Raja-raja sebelum Sri
Jayawarsa hanya Sri Samarawijaya yang sudah diketahui, sedangkan urutan
raja-raja sesudah Sri Jayawarsa sudah dapat diketahui dengan jelas berdasarkan
prasasti-prasasti yang ditemukan.
Kerajaan Panjalu di bawah pemerintahan Sri Jayabhaya
berhasil menaklukkan Kerajaan Janggala dengan semboyannya yang terkenal dalam
prasasti Ngantang (1135), yaitu Panjalu Jayati, atau Panjalu Menang.
Pada masa pemerintahan Sri Jayabhaya inilah, Kerajaan
Panjalu mengalami masa kejayaannya. Wilayah kerajaan ini meliputi seluruh Jawa
dan beberapa pulau di Nusantara, bahkan sampai mengalahkan pengaruh Kerajaan
Sriwijaya di Sumatra.
Hal ini diperkuat kronik Cina berjudul Ling wai tai ta
karya Chou Ku-fei tahun 1178, bahwa pada masa itu negeri paling kaya selain
Cina secara berurutan adalah Arab, Jawa, dan Sumatra. Saat itu yang berkuasa di
Arab adalah Bani Abbasiyah, di Jawa ada Kerajaan Panjalu, sedangkan Sumatra
dikuasai Kerajaan Sriwijaya.
H. KERAJAAN
SINGASARI
Kerajaan Singhasari atau sering pula ditulis Singasari
atau Singosari, adalah sebuah kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken
Arok pada tahun 1222. Lokasi kerajaan ini sekarang diperkirakan berada di
daerah Singosari, Malang.
Wangsa Rajasa yang didirikan oleh Ken Arok. Keluarga
kerajaan ini menjadi penguasa Singhasari, dan berlanjut pada kerajaan
Majapahit. Terdapat perbedaan antara Pararaton dan Nagarakretagama dalam
menyebutkan urutan raja-raja Singhasari.
Versi Pararaton adalah:
Ken Arok alias Rajasa Sang Amurwabhumi (1222 - 1247)
Anusapati (1247 - 1249)
Tohjaya (1249 - 1250)
Ranggawuni alias Wisnuwardhana (1250 - 1272)
Kertanagara (1272 - 1292)
Versi Nagarakretagama adalah:
Rangga Rajasa Sang Girinathaputra (1222 - 1227)
Anusapati (1227 - 1248)
Wisnuwardhana (1248 - 1254)
Kertanagara (1254 - 1292)
Kisah suksesi raja-raja Tumapel versi Pararaton diwarnai
pertumpahan darah yang dilatari balas dendam. Ken Arok mati dibunuh Anusapati
(anak tirinya). Anusapati mati dibunuh Tohjaya (anak Ken Arok dari selir).
Tohjaya mati akibat pemberontakan Ranggawuni (anak Anusapati). Hanya Ranggawuni
yang digantikan Kertanagara (putranya) secara damai. Sementara itu versi
Nagarakretagama tidak menyebutkan adanya pembunuhan antara raja pengganti
terhadap raja sebelumnya. Hal ini dapat dimaklumi karena Nagarakretagama adalah
kitab pujian untuk Hayam Wuruk raja Majapahit. Peristiwa berdarah yang menimpa
leluhur Hayam Wuruk tersebut dianggap sebagai aib.
I. KERAJAAN
MAJAPAHIT
Majapahit adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa
Timur, Indonesia, yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M.
Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya menjadi kemaharajaan raya yang
menguasai wilayah yang luas di Nusantara pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang
berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389.
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir
yang menguasai Nusantara dan dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar
dalam sejarah Indonesia. Kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung
Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih
diperdebatkan.
Sebelum berdirinya Majapahit, Singhasari telah menjadi
kerajaan paling kuat di Jawa. Hal ini menjadi perhatian Kubilai Khan, penguasa
Dinasti Yuan di Tiongkok. Ia mengirim utusan yang bernama Meng Chi ke
Singhasari yang menuntut upeti. Kertanagara, penguasa kerajaan Singhasari yang
terakhir menolak untuk membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan
merusak wajahnya dan memotong telinganya. Kubilai Khan marah dan lalu
memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa tahun 1293.
Ketika itu, Jayakatwang, adipati Kediri, sudah
menggulingkan dan membunuh Kertanegara. Atas saran Aria Wiraraja, Jayakatwang
memberikan pengampunan kepada Raden Wijaya, menantu Kertanegara, yang datang
menyerahkan diri. Kemudian, Wiraraja mengirim utusan ke Daha, yang membawa
surat berisi pernyataan, Raden Wijaya menyerah dan ingin mengabdi kepada
Jayakatwang. Jawaban dari surat diatas disambut dengan senang hati. Raden
Wijaya kemudian diberi hutan Tarik. Ia membuka hutan itu dan membangun desa
baru. Desa itu dinamai Majapahit, yang namanya diambil dari buah maja, dan rasa
"pahit" dari buah tersebut. Ketika pasukan Mongol tiba, Wijaya
bersekutu dengan pasukan Mongol untuk bertempur melawan Jayakatwang. Setelah
berhasil menjatuhkan Jayakatwang, Raden Wijaya berbalik menyerang sekutu
Mongolnya sehingga memaksa mereka menarik pulang kembali pasukannya secara
kalang-kabut karena mereka berada di negeri asing. Saat itu juga merupakan
kesempatan terakhir mereka untuk menangkap angin muson agar dapat pulang, atau
mereka terpaksa harus menunggu enam bulan lagi di pulau yang asing.
Pertemuan Kedua
BAB 2 INDONESIA PADA MASA PERKEMBANGAN ISLAM
A. PROSES AWAL
PENYEBARAN ISLAM DI INDONESIA
Beberapa Pendapat Tentang Awal Masuknya Islam di
Indonesia.
Islam Masuk ke Indonesia Pada Abad ke 7:
1.
Seminar masuknya islam di Indonesia (di Aceh),
sebagian dasar adalah catatan perjalanan Al mas’udi, yang menyatakan bahwa pada
tahun 675 M, terdapat utusan dari raja Arab Muslim yang berkunjung ke Kalingga.
Pada tahun 648 diterangkan telah ada koloni Arab Muslim di pantai timur
Sumatera.
2.
Dari Harry W. Hazard dalam Atlas of Islamic
History (1954), diterangkan bahwa kaum Muslimin masuk ke Indonesia pada abad
ke-7 M yang dilakukan oleh para pedagang muslim yang selalu singgah di sumatera
dalam perjalannya ke China.
3.
Dari Gerini dalam Futher India and Indo-Malay
Archipelago, di dalamnya menjelaskan bahwa kaum Muslimin sudah ada di kawasan
India, Indonesia, dan Malaya antara tahun 606-699 M.
4.
Prof. Sayed Naguib Al Attas dalam Preliminary
Statemate on General Theory of Islamization of Malay-Indonesian Archipelago
(1969), di dalamnya mengungkapkan bahwa kaum muslimin sudah ada di kepulauan
Malaya-Indonesia pada 672 M.
5.
Prof. Sayed Qodratullah Fatimy dalam Islam comes
to Malaysia mengungkapkan bahwa pada tahun 674 M. kaum Muslimin Arab telah
masuk ke Malaya.
6.
Prof. S. muhammmad Huseyn Nainar, dalam makalah
ceramahnay berjudul Islam di India dan hubungannya dengan Indonesia, menyatakan
bahwa beberapa sumber tertulis menerangkan kaum Muslimin India pada tahun 687
sudah ada hubungan dengan kaum muslimin Indonesia.
7.
W.P. Groeneveld dalam Historical Notes on
Indonesia and Malaya Compiled From Chinese sources, menjelaskan bahwa pada
Hikayat Dinasti T’ang memberitahukan adanya Aarb muslim berkunjung ke Holing
(Kalingga, tahun 674). (Ta Shih = Arab Muslim).
8.
T.W. Arnold dalam buku The Preching of Islam a
History of The Propagation of The Moslem Faith, menjelaskan bahwa Islam datang
dari Arab ke Indonesia pada tahun 1 Hijriyah (Abad 7 M).
Islam Masuk Ke Indonesia pada Abad ke-11:
Satu-satunya sumber ini adalah diketemukannya makam
panjang di daerah Leran Manyar, Gresik, yaitu makam Fatimah Binti Maimoon dan
rombongannya. Pada makam itu terdapat prasati huruf Arab Riq’ah yang berangka
tahun (dimasehikan 1082)
Islam Masuk Ke Indonesia Pada Abad Ke-13:
Catatan perjalanan marcopolo, menyatakan bahwa ia
menjumpai adanya kerajaan Islam Ferlec (mungkin Peureulack) di aceh, pada tahun
1292 M.
K.F.H. van Langen, berdasarkan berita China telah
menyebut adanya kerajaan Pase (mungkin Pasai) di aceh pada 1298 M.
J.P. Moquette dalam De Grafsteen te Pase en Grisse
Vergeleken Met Dergelijk Monumenten uit hindoesten, menyatakan bahwa Islam
masuk ke Indonesia pada abad ke 13.
Beberapa sarjana barat seperti R.A Kern; C. Snouck
Hurgronje; dan Schrieke, lebih cenderung menyimpulkan bahwa Islam masuk ke
Indonesia pada abad ke-13, berdasarkan saudah adanya beberapa kerajaaan islam
di kawasan Indonesia.
Pembawa Islam ke Indonesia
Sebelum pengaruh islam masuk ke Indonesia, di kawasan ini
sudah terdapat kontak-kontak dagang, baik dari Arab, Persia, India dan China.
Islam secara akomodatif, akulturasi, dan sinkretis merasuk dan punya pengaruh
di arab, Persia, India dan China. Melalui perdagangan itulah Islam masuk ke
kawasan Indonesia. Dengan demikian bangsa Arab, Persia, India dan china punya
nadil melancarkan perkembangan islam di kawasan Indonesia.
Gujarat (India)
Pedagang islam dari Gujarat, menyebarkan Islam dengan
bukti-bukti antar lain:
ukiran batu nisan gaya Gujarat.
Adat istiadat dan budaya India islam.
Persia
Para pedagang Persia menyebarkan Islam dengan beberapa
bukti antar lain:
Gelar “Syah” bagi raja-raja di Indonesia.
Pengaruh aliran “Wihdatul Wujud” (Syeh Siti Jenar).
Pengaruh madzab Syi’ah (Tabut Hasan dan Husen).
Arab
Para pedagang Arab banyak menetap di pantai-pantai
kepulauan Indonesia, dengan bukti antara lain:
Menurut al Mas’udi pada tahun 916 telah berjumpa
Komunitas Arab dari Oman, Hidramaut, Basrah, dan Bahrein untuk menyebarkan
islam di lingkungannya, sekitar Sumatra, Jawa, dan Malaka.
munculnya nama “kampong Arab” dan tradisi Arab di
lingkungan masyarakat, yang banyak mengenalkan islam.
China
Para pedagang dan angkatan laut China (Ma Huan, Laksamana
Cheng Ho/Dampo awan , mengenalkan islam di pantai dan pedalaman Jawa dan
sumatera, dengan bukti antar lain :
Gedung Batu di semarang (masjid gaya China).
Beberapa makam China muslim.
Beberapa wali yang dimungkinkan keturunan China.
Dari beberapa bangsa yang membawa Islam ke Indonesia pada
umumnya menggunakan pendekatan cultural, sehingga terjadi dialog budaya dan
pergaulan social yang penuh toleransi (Umar kayam:1989)
B. KERAJAAN
SAMUDRA PASAI
Kesultanan Pasai, juga dikenal dengan Samudera
Darussalam, atau Samudera Pasai, adalah kerajaan Islam yang terletak di pesisir
pantai utara Sumatera, kurang lebih di sekitar Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara,
Provinsi Aceh, Indonesia.
Belum begitu banyak bukti arkeologis tentang kerajaan ini
untuk dapat digunakan sebagai bahan kajian sejarah. Namun beberapa sejarahwan
memulai menelusuri keberadaan kerajaan ini bersumberkan dari Hikayat Raja-raja
Pasai, dan ini dikaitkan dengan beberapa makam raja serta penemuan koin
berbahan emas dan perak dengan tertera nama rajanya.
Kerajaan ini didirikan oleh Marah Silu, yang bergelar
Sultan Malik as-Saleh, sekitar tahun 1267. Keberadaan kerajaan ini juga
tercantum dalam kitab Rihlah ila l-Masyriq (Pengembaraan ke Timur) karya Abu
Abdullah ibn Batuthah (1304–1368), musafir Maroko yang singgah ke negeri ini
pada tahun 1345. Kesultanan Pasai akhirnya runtuh setelah serangan Portugal
pada tahun 1521.
C. KERAJAAN ACEH
Kesultanan Aceh Darussalam merupakan sebuah kerajaan
Islam yang pernah berdiri di provinsi Aceh, Indonesia. Kesultanan Aceh terletak
di utara pulau Sumatera dengan ibu kota Kutaraja (Banda Aceh) dengan sultan
pertamanya adalah Sultan Ali Mughayat Syah yang dinobatkan pada pada Ahad, 1
Jumadil awal 913 H atau pada tanggal 8 September 1507. Dalam sejarahnya yang
panjang itu (1496 - 1903), Aceh telah mengukir masa lampaunya dengan begitu
megah dan menakjubkan, terutama karena kemampuannya dalam mengembangkan pola
dan sistem pendidikan militer, komitmennya dalam menentang imperialisme bangsa
Eropa, sistem pemerintahan yang teratur dan sistematik, mewujudkan pusat-pusat
pengkajian ilmu pengetahuan, hingga kemampuannya dalam menjalin hubungan
diplomatik dengan negara lain.
D. KERAJAAN
DEMAK
Kesultanan Demak atau Kerajaan Demak adalah kerajaan
Islam pertama dan terbesar di pantai utara Jawa ("Pasisir"). Menurut
tradisi Jawa, Demak sebelumnya merupakan kadipaten dari kerajaan Majapahit,
kemudian muncul sebagai kekuatan baru mewarisi legitimasi dari kebesaran
Majapahit.
Kerajaan ini tercatat menjadi pelopor penyebaran agama
Islam di pulau Jawa dan Indonesia pada umumnya. Walau tidak berumur panjang dan
segera mengalami kemunduran karena terjadi perebutan kekuasaan di antara
kerabat kerajaan. Pada tahun 1568, kekuasaan Demak beralih ke Kerajaan Pajang
yang didirikan oleh Jaka Tingkir. Salah satu peninggalan bersejarah Kerajaan
Demak ialah Mesjid Agung Demak, yang menurut tradisi didirikan oleh Walisongo.
Lokasi keraton Demak, yang pada masa itu berada di tepi
laut, berada di kampung Bintara (dibaca "Bintoro" dalam bahasa Jawa),
saat ini telah menjadi kota Demak di Jawa Tengah. Sebutan kerajaan pada periode
ketika beribukota di sana dikenal sebagai Demak Bintara. Pada masa raja ke-4
ibukota dipindahkan ke Prawata (dibaca "Prawoto") dan untuk periode
ini kerajaan disebut Demak Prawata
E. KERAJAAN
BANTEN
Kesultanan Banten merupakan sebuah kerajaan Islam yang
pernah berdiri di Provinsi Banten, Indonesia. Berawal sekitar tahun 1526,
ketika Kerajaan Demak memperluas pengaruhnya ke kawasan pesisir barat Pulau
Jawa, dengan menaklukan beberapa kawasan pelabuhan kemudian menjadikannya
sebagai pangkalan militer serta kawasan perdagangan.
Maulana Hasanuddin, putera Sunan Gunung Jati berperan
dalam penaklukan tersebut. Setelah penaklukan tersebut, Maulana Hasanuddin
mendirikan benteng pertahanan yang dinamakan Surosowan, yang kemudian hari
menjadi pusat pemerintahan setelah Banten menjadi kesultanan yang berdiri sendiri.
Selama hampir 3 abad Kesultanan Banten mampu bertahan
bahkan mencapai kejayaan yang luar biasa, yang diwaktu bersamaan penjajah dari
Eropa telah berdatangan dan menanamkan pengaruhnya. Perang saudara, dan
persaingan dengan kekuatan global memperebutkan sumber daya maupun perdagangan,
serta ketergantungan akan persenjataan telah melemahkan hegemoni Kesultanan
Banten atas wilayahnya. Kekuatan politik Kesultanan Banten akhir runtuh pada
tahun 1813 setelah sebelumnya Istana Surosowan sebagai simbol kekuasaan di Kota
Intan dihancurkan, dan pada masa-masa akhir pemerintanannya, para Sultan Banten
tidak lebih dari raja bawahan dari pemerintahan kolonial di Hindia Belanda.
F. KERAJAAN
MATARAM
Kerajaan mataram didirikan oleh Sutowijoyo yang bergelar
Penembahan Senopati (1586-1601).
Ibukotanya Kota Gede. Penggantinya Raden Mas Jolang. Ia gugur di daerah
Krapyak, sehingga disebut penembahan seda krapyak. Raja terbesarnya ialah Raden
Mas Rangsang yang bergelar sultan agung hanyokrokusumo (1613-1645).
Sultan agung bercita-cita mempersatukan seluruh Jawa dan
mengusir kompeni (VOC) dari Batavia. Setelah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan
Cirebon berhasil dikuasai, ia berencana menyerang Batavia. Serangan dilancarkan
pada agustus 1628 dan September 1629, tetapi gagal. Kegagalan ini karena :
A. Kurangnya
perbekalan makanan,
B. Kalah
persenjataan,
C. Jarak
Mataram – Jakarta sangat jauh,
D. Tentara
Mataram terjangkit wabah penyakit.
Sepeninggal Sultan Agung, Matarm mengalami kemunduran dan
terpecah. Berdasarkan perjanjian Giyanti 13 Februari 1755 Matarm dipecah
menjadi dua, yakni :
A. Mataram Barat,
yakni kesultanan Yogyakarta, diberikan kepada Mangkubumi dengan gelar Hamengku
Buwono I
B. Mataram
Timur, yakni Kesunanan Surakarta diberikan kepada Paku Buwono III
Selanjutnya berdasarkan Perjanjian Salatiga tanggal 17
Maret 1757, Surakarta dibagi menjadi dua, yakni :
1. Surakarta
Utara diberikan kepada Raden Mas Said dengan gelar Mangkunegara I, kerajaanya
dinamakan Mangkunegaran.
2. Surakarta
Selatan diberikan kepada Paku Buwono III kerajaanya dinamakan Kasunanan
Surakarta
G. KERAJAAN
MAKASSAR
Pada abad ke-17 di Sulawesi Selatan telah muncul beberapa
kerajaan kecil, seperti Goa, Tallo, Sopeng, dan Bone. Kerajaan besar ialah Goa
dan Tallo. Keduanya lebih dikenal sebagai kerajaan Makassar. Puncak kejayaanya
pada masa pemerintahan Sultan Hasanudin (1654-1670)
Pertempuran besar meletus pada 1666 di masa Sultan
Hasanuddin. VOC di bawah pimpinan Speelman berkoalisi dengan Kapten Jonker dari
Ambon dan Aru Palaka, Raja Bone. Hasanuddin kalah dan terpaksa
menandatangani Perjanjian Bongaya pada 18 November 1667. Isinya sangat
merugikan rakyat Makassar, yakni :
a. Wilayah
Makassar terbatas pada Goa, wilayah Bone dikembalikan kepada Aru Palaka
b. Kapal
Makassar dilarang berlayar tanpa seizin VOC
c. Makassar
tertutup untuk semua bangsa kecuali VOC dengan hak monopolinya
d. Semua
benteng harus dihancurkan, kecuali benteng ujung pandang yang kemudian namanya
diganti menjadi benteng Rotterdam.
e. Makassar
harus mengganti kerugian perang sebesar 250 ribu ringgit.
Makassar berkembang sebagai pelabuhan internasional.
Banyak pedagang asing seperti Portugis, Inggris, dan Denmark berdagang di
Makassar. Karena itu, disusunlah hokum niaga dan perniagaan yang disebut Ade
Allopioping Bicarance Pabbalu’e dan sebuah naskah lontar karya Amanna Gappa.
H. KERAJAAN
TERNATE DAN TIDORE
Kerajaan ternate dan tidore terdapat di Maluku. Keduanya
sering bersaing dan persaingan makin tampak setelah datangnya bangsa Barat.
Bangsa Barat yang pertama kali datang ke Maluku ialah
Portugis (1512) yang kemudian bersekutu dengan kerajaan ternate. Kemudian
bangsa Spanyol dating pada 1521 dan bersekutu dengan kerajaan tidore. Saat itu
tidak sampai terjadi perang. Untuk menyelesaikan persaingan Portugis dan
Spanyol, pada tahun 1529 diadakan perjanjian saragosa. Isinya Spanyol harus
meninggalkan Maluku dan memusatkan kekuasaanya di Filipina dan bangsa Portugis
tetap tinggal Maluku.
Portugis menderikan benteng Sao Paulo untuk melindungi
Ternate dari serangan Tidore. Portugis kemudian memonopoli perdagangan dan
terlalu ikut campur urusan dalam negri Ternate. Salah seorang sultan Ternate
yang menentang ialah Sultan Hairun (1550-1570). Walau diadakan perundingan
dengan hasil damai pada 27 Februari 1570, esok harinya ketika Sultan Hairun
datang ke benteng Sao Pulo, ia justru dibunuh.
Pertemuan Ketiga
BAB 3 PERKEMBANGAN PENGARUH BARAT DAN MASA PENDUDUKAN
JEPANG DI INDONESIA
A.
BERKEMBANGNYA KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA
1. VOC
VOC merupakan kongsi dagang Belanda yang mempunyai
wilayah di Hindia Timur. Pengurusnya terdiri dari 6 orang yang disebut
“Bewindhebbers der VOC”, ditambah 17 orang pengurus harian yang disebut Heeren
XVII. VOC juga memiliki hak khusus yang diberikan parlemen Belanda:
-Membuat perjanjian dengan raja2 setempat
-Menyatakan perang dan perdamaian
-Membuat senjata & benteng
-Mencetak uang
-Mengangkat & memberhentikan pegawai
-Mengadili perkara
Pada tahun 1609, Pieter Both ditugaskan sebagai Gubernur
Jendral VOC di Ambon. Misi utamanya adalah untuk memimpin VOC menghadapi
persaingan dengan pedagang Eropa. Ketika Jan Pietersoon Coen diangkat sebagai
gubernur jenderal, pusat kekuasaan dipindahkan ke Jayakarta. Selain melakukan
monopoli, VOC juga menjalankan system pemerintahan tidak langsung (indirect
rule). Tidak berlangsung lama, VOC akhirnya dibubarkan pada tanggal 31 Desember
1799. dengan factor-faktor berikut:
-Banyak pegawai VOC korupsi karena gajinya rendah
-VOC tidak mampu bersaing dengan inggris (EIC) dan
Perancis (FIC)
-Walaupun rugi, pemegang saham tetap diberi dividen
-Perang Belanda melawan Inggris
-Jatuhnya kongsi dagang VOC di India & adanya
kebebasan pelayaran Inggris ke Indonesia
2. Penjajahan Prancis-Belanda
Di Eropa sedang dalam suasana Perang Koalisi satu
(1792-1797). Belandapun kalah sehingga membuat rajanya, Willem V, meminta
perlindungan dari Inggris. Napoleon Bonaparte, pemimpin Prancis kemudian
menempatkan Louis Napoleon untuk memimpin Belanda. Louis kemudian mengangkat
Herman Willem Daendels sebagai Gubernur Jendral Hindia Belanda sejak 1808.
Tugas utamanya adalah untuk mempertahankan Jawa dari serangan Inggris. Pada
masa pemerintahannya, Daendels banyak mengeluarkan kebijakan kebijakan yang
condong kepada kediktatoran. Contohnya, pembangunan jalan Raya Pos (Groete
Postweg) antara Anyer-Panarukan. Pembangunan jalan raya itu melibatkan banyak
tenaga dengan system rodi.
Kekuasaan sewenang-wenang yang diterapkan Daendels
membuatnya ditarik kembali agar citra Hindia Belanda tidak bertambah buruk.
Tetapi penarikan Daendels membua dampak buruk. Belandapun berhasil dikuasai
Inggris. Dengan demikian berakhirlah penjajahan Prancis-Belanda dengan ditandai
oleh Kapitulasi Tuntang.
3. Penjajahan Iggris
Tahun 1811-1816, Indonesia berada di bawah kekuasaan
Inggris. Thomas Stamford Raffles diangkat sebagai wakil gubernur di Jawa dan
bawahannya. Tujuan utama pemerintahan Raffles adalah meningkatkan kesejahteraan
rakyat. Salah satu tindakannya yang popular adalah mencetuskan system sewa
tanah (landrent). Hal tersebut tidak membebani rakyat, namun kondisi di Eropa
membuat Thomas Stamford Raffles harus mengakhiri masa jabatannya di Indonesia.
Perang koalisi berakhir dengan kekalahan Prancis. Negara-negara yang menjadi
lawan Prancis mengambil keputusan bahwa sebagai benteng untuk menghadapi
Prancis, Belanda harus kuat. Maka dari itu, dalam Traktat London tahun 1824,
ditetapkan bahwa Indonesia dikembalikan kepada Belanda.
4. Belanda
Untuk menangani berbagai persoalan di Indonesia yang baru
saja dikembalikan ke Inggris, pemerintah belanda mengirimkan sebuah komisi.
Komisi tersebut terdiri dari Cornelis Th.Elout sebagai ketua, dan A.A. Buyskes
dan van der Capellen sebagai anggota. Setelah komisi dibubarkan, van der
Capellen diangkat sebagai gubernur jenderal. Dia melaksanakan pola konservatif,
dalam arti menerapkan kebijakan monopoli seperti VOC:
a. Masa Tanam Paksa
Ketika van den Bosch menjabat sebagai gubernur jenderal,
pada tahun 1830 dia menciptakan peraturan baru yang bernama ‘tanam paksa’ /
cultuur stelsel. Tujuannya untuk mendapatkan untung guna menutup deficit
keuangan negri Belanda. Kemudian, latar belakang dilakukannya Tanam paksa
adalah:
- Defisit
anggaran belanja negri belanda akibat Perang kemerdekaan Belgia dan perang
diponegoro
- Keadaan
di Jawa yang tidak menguntungkan saat itu
-
Perdagangan dan perusahaan belanda mengalami kemunduran
Pokok-pokok ketentuan Tanam paksa:
- Penduduk
wajib menanami 1/5 tanahnya dengan tanaman yang ditentukan pemerintah
- Tanah
tersebut dibebaskan dari pajak
- Tanah
tersebut dikerjakan selama 1/5 tahun
- Risiko
penanaman ada pada pemerintah
- Hasil
tanaman yang diwajibkan harus diangkat sendiri ke pabrik dan mendapat ganti
rugi
-
Kelebihan hasil panen akan diganti oleh pemerintah
Waktu
yang digunakan untuk menanam tanaman wajib tidak melebihi waktu menanam padi
Tanam
Paksa:
- Tanah
yang ditanami lebih dari 1/5 lahan
- Tanah
yang ditanami tanaman wajib masih terkena pajak
-
Banyak petugas yang curang,
berusaha mendapatkan hasil sebanyak-banyaknya
- Tanah
yang ditanami tanaman wajib cenderung memilih tanah yang subur
Akibat penyimpangan:
1. Bagi
Bangsa Indonesia
-
Menimbulkan kesengsaraan
-
Pemerintahan Belanda memberikan sanksi kepada petani yang meninggalkan
tanahnya sehingga makin sengsara
1. Bagi
Belanda
-
Memperoleh keuntungan yang sangat besar
- Timbul
penentangan tanam paksa yang dicetuskan oleh golongan liberal dan golongan etis
b. Politik
Liberal Kolonial
Golongan liberal berhasil menguasai parlemen sehingga
mereka mempunyai peluang untuk menciptakan undang-undang dasar guna membatasi
kekuasaan raja. Pada tahun 1870 keluar undang-undang de Waal:
1. Undang-undang
Gula yang menyebutkan bahwa penanaman tebu harus dilakukan oleh pengusaha
swasta, tidak dengan system tanam paksa
2. Undang-undang Agraria, isinya menerangkan bahwa
gubernur jenderal dan rakyat dilarang menjual tanah kepada orang asing, tetapi
dapat menyewakannya selama 75 tahun
Ini merupakan awal yang baik walaupun dalam kenyataannya
semuanya untuk kepentingan Pemerintahan Hindia Belanda.
B. PERUBAHAN
POLITIK , EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA AKIBAT PERLUASAN KOLONIALISME DAN
IMPERIALISME DI INDONESIA
Masuknya kekuasaan bangsa Asing di Indonesia telah
menyebabkan perubahan tatanan politik, sosial, ekonomi dan budaya bagi bangsa
Indonesia sebagai berikut:
a. Politik
Baik Daendels maupun Raffles telah meletakkan dasar
pemerintahan modern. Para Bupati dijadikan pegawai negeri dan diberi gaji,
padahal menurut adat, kedudukan bupati adalah turun temurun dan mendapat upeti
dari rakyat. Bupati telah menjadi alat kekuasaan pemerintah kolonial.Belanda
dan Inggris juga melakukan intervensi terhadap persoalan kerajaan, misalnya
soal pergantian tahta kerajaan sehingga imperialis mendominasi politik di
Indonesia. Akibatnya peranan elite kerajaan berkurang dalam bidang politik,
bahkan kekuasaan pribumi mulai runtuh.
b. Sosial Ekonomi
Eksploitasi ekonomi yang dilakukan bangsa Barat membawa
berbagai dampak bagi bangsa Indonesia. Munculnya monopoli dagang VOC
menyebabkan mundurnya perdagangan nusantara di panggung perdagangan
internasional. Peranan syahbandar digantikan oleh para pejabat
Belanda.Kebijakan tanam paksa sampai sistem ekonomi liberal menjadikan
Indonesia sebagai penghasil bahan mentah. Eksportirnya dilakukan oleh bangsa
Belanda, pedagang perantara dipegang oleh orang timur asing terutama bangsa
Cina dan bangsa Indoensia hanya menjadi pengecer, sehingga tidak memiliki jiwa
wiraswasta jenis tanaman baru serta cara memeliharanya.
c. Budaya
- Tindakan pemerintah Belanda untuk menghapus kedudukan
menurut adat penguasa pribumi dan menjadikan mereka pegawai pemerintah,
merutuhkan kewibawaan tradisional penguasa pribumi.
- Upacara dan tatacara yang berlaku di istana kerajaan
juga disederhanakan dengan demikian ikatan tradisi dalam kehidupan pribumi
menjadi lemah.
- Dengan merosotnya peranan politik maka para elit
politik baik raja maupun bangsawan mengalihkan perhatiannya ke bidang
senibudaya. Contoh Paku Buwono V memerintahkan penulisan serat Centhini, R.Ng
Ronggo Warsito manyusun Kitab Pustakaraya Purwa, Mangkunegara IV menyusun kitab
Wedatama dan lain-lain.
C.
PERLAWANAN DI BERBAGAI DAERAH DALAM MENENTANG DOMINASI ASING
Perlawanan Rakyat Maluku
Upaya rakyat Ternate yang dipimpin Sultan Hairun maupun
Sultan Baabulah(1575), sejak kedatangan bangsa Portugis pada 1512 tidak
berhasil, penyebabnya adalah tidak ada kerja sama antara kerajaan Ternate,
Tidore, dan Nuku. Kekuatan Portugis hanya dapat diusir oleh kekuatan bangsa
Belanda yang lebih kuat.
Pelawanan Rakyat Mataram
Sultan Agung yang memiliki cita – cita mempersatukan
pulau Jawa, berusaha mengalahkan VOC di Batavia. Penyerangan yang dilakukan
pada 1628 & 1629 mengalami kegagalan, karena selain persiapan pasukannya
yang belum matang, juga tidak mampu membuat blok perlawanan bersama kerajaan
lainnya.
Perlawanan Rakyat Makasar
Konflik antara Sultan Hasanuddin dari Makasar dan
Arupalaka dari Bone, memberi jalan bagi Belanda untuk menguasai kerajaan –
kerajaan Sulawesi tersebut. Untuk memperkuat kedudukannya di Sulawesi, Sultan
Hasanuddin menduduki Sumbawa, sehingga jalur perdagangan Nusantara bagian timur
dapat dikuasai. Hal ini dianggap oleh Belanda sebagai penghalang dalam
perdagangan. Pertempuran antara Sultan Hasnuddin dengan Belanda yang dipimpin
Cornelis Speelman selalu dapat dihalau pasukan Sultan Hasanuddin. Lalu Belanda
meminta bantuan Arupalaka yang menyebabkan Makasar jatuh ke tangan Belanda, dan
Sultan Hasanuddin harus menandatangani perjanjian Bongaya pada 1667, yang
berisi :
a. Sultan Hasanuddin harus memberikan kebebasan kepada
VOC berdagang di Makasar dan Maluku.
b. VOC memegang monopoli perdagangan di Indonesia bagian
timur, dengan pusat Makasar.
c. Wilayah kerajaan Bone yang diserang dan diduduki
Sultan Hasanuddin dikembalikan kepada Arupalaka, dan dia diangkat menjadi Raja
Bone.
Perlawanan Rakyat Banten
Setelah Sultan Ageng Tirtayasa mengangkat putranya yang
bergelar Sultan Haji sebagai Sultan Banten, Belanda ikut campur dalam urusan
Banten dengan mendekati Sultan Haji. Sultan Agung yang sangat anti VOC, segera
menarik kembali tahta putranya. Putranya yang tidak terima, segera meminta
bantuan VOC di Batavia untuk membantu mengembalikan tahtanya, akhirnya dengan
bantuan VOC, dia memperoleh tahtanya kembali dengan imbalan menyerahkan
sebagian wilayah Banten kepada VOC.
Perang Paderi (1821 – 1837)
Dilatar belakangi konflik antara kaum agama dan tokoh –
tokoh adat Sumatera Barat. Kaum agama (Pembaru/Paderi) berusaha untuk
mengajarkan Islam kepada warga sambil menghapus adat istiadat yang bertentangan
dengan Islam, yang bertujuan untuk memurnikan Islam di wilayah Sumatra Barat
serta menentang aspek – aspek budaya yang bertentangan dengan aqidah Islam.
Tujuan ini tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya karena
kaum adat yang tidak ingin kehilangan kedudukannya, serta adat istiadatnya
menentang ajaran kaum Paderi, perbedaan pandangan ini menyebabkan perang
saudara serta mengundang kekuatan Inggris dan Belanda.
Kaum adat yang terdesak saat perang kemudian meminta
bantuan kepada Inggris yang sejak 1795 telah menguasai Padang, dan beberapa
daerah di pesisir barat setelah direbut dari Belanda. Golongan agama pada saat
itu telah menguasai daerah pedalaman Sumatra Barat dan menjalankan pemerintahan
berdasarkan agama.
Pada tahun 1819, Belanda menerima Padang dan daerah
sekitarnya dari Inggris. Golongan adat meminta bantuan kepada Belanda dalam
menghadapi golongan Paderi. Pada Februari 1821, kedua belah pihak
menandatangani perjanjian. Sesuai perjanjian tersebut Belanda mulai mengerahkan
pasukannya untuk menyerang kaum Paderi.
Perang Diponegoro (1825 – 1830)
Penyebab perang ini adalah rasa tidak puas masyarakat
terhadap kebijakan – kebijakan yang dijalankan pemerintah Belanda di kesultanan
Yogyakarta. Belanda seenaknya mencampuri urusan intern kesultanan. Akibatnya,
di Keraton Mataram terbentuk 2 kelompok, pro dan anti Belanda.
Pada pemerintahan Sultan HB V, Pangeran Diponegoro
diangkat menjadi anggota Dewan Perwalian. Namun dia jarang diajak bicara karena
sikapnya yang kritis terhadap kehidupan keraton yang dianggapnya terpengaruh
budaya barat dan intervensi Belanda. Oleh karena itu, dia pergi dari keraton
dan menetap di Tegalrejo.
Di mata Belanda, Diponegoro adalah orang yang berbahaya.
Suatu ketika, Belanda akan membuat jalan Yogyakarta – Magelang. Jalan tersebut
menembus makam leluhur Diponegoro di Tegalrejo. Dia marah dan mengganti patok
penanda jalan dengan tombak. Belanda menjawab dengan mengirim pasukan ke
Tegalrejo pada 25 Juni 1825.
Diponegoro dan pasukannya membangun pertahanan di
Selarong. Dia mendapat berbagai dukungan dari daerah – daerah. Tokoh – tokoh
yang bergabung antara lain : Pangeran Mangkubumi, Sentot Alibasha Prawirodirjo,
dan Kyai Maja. Oleh karena itu Belanda mendatangkan pasukan dari Sumatra Barat
dan Sulawesi Utara yang dipimpin Jendral Marcus de Kock.
Perang Aceh
Aceh dihormati oleh Inggris dan Belanda melalui Traktat
London pada 1824, karena Terusan Suez diuka, yang menyebabkan kedudukan Aceh
menjadi Strategis di Selat Malaka dan menjadi incaran bangsa barat. Untuk
mengantisipasi hal itu, Belanda dan Inggris menandatangani Traktat Sumatra pada
1871.
Melihat gelagat ini, Aceh mencari bantuan ke luar negeri.
Belanda yang merasa takut disaingi menuntut Aceh untuk mengakui kedaulatannya
di Nusantara. Namun Aceh menolaknya, sehingga Belanda mengirim pasukannya ke
Kutaraja yang dipimpin oleh Mayor Jendral J.H.R Kohler. Penyerangan tersebut
gagal dan Jendral J.H.R Kohler tewas di depan Masjid Raya Aceh.
Serangan ke – 2 dilakukan pada Desember 1873 dan berhasil
merebut Istana kerajaan Aceh di bawah pimpinan Letnan Jendral Van Swieten.
Walaupun telah dikuasai secara militer, Aceh secara keseluruhan belum dapat
ditaklukkan. Oleh karena itu, Belanda mengirim Snouck Hurgronye untuk
menyelidiki masyarakat Aceh.
Perang Bali
Pulau Bali dikuasai oleh kerajaan Klungkung yang mengadakan
perjanjian dengan Belanda pada 1841 yang menyatakan bahwa kerajaan Klungkung di
bawah pemerintahan Raja Dewa Agung Putera adalah suatu negara yang bebas dari
kekuasaan Belanda.
Pada 1844, perhu dagang Belanda terdampar di Prancak,
wilayah kerajaan Buleleng dan terkena hukum Tawan Karang yang memihak penguasa
kerajaan untuk menguasai kapal dan isinya. Pada 1848, Belanda menyerang
kerajaan Buleleng, namun gagal.
Serangan ke – 2 pada 1849, di bawah pimpinan Jendral
Mayor A.V Michies dan Van Swieeten berhasil merbut benteng kerajaan Buleleng di
Jagaraga. Pertempuran ini diberi nama Puputan Jagaraga.
Setelah Buleleng ditaklukkan, banyak terjadi perang
puputan antara kerajaan – kerajaan Bali dengan Belanda untuk mempertahankan
harga diri dan kehormatan. Diantaranya Puputan Badung (1906), Puputan Kusamba
(1908), dan Puputan Klungkung (1908).
Perang Banjarmasin
Sultan Adam menyatakan secara resmi hubungan kerajaan
Banjarmasin – Belanda pada 1826 sampai beliau meninggal pada tahun 1857.
sepeninggal Sultan Adam, terjadi perebutan kekuasaan oleh 3 kelompok :
▪ Kelompok Pangeran Tamjid Illah, cucu Sultan Adam.
▪ Kelompok Pangeran Anom, Putra Sultan Adam.
▪ Kelompok Pangeran Hidayatullah, cucu Sultan Adam.
Di tengah kekacauan tersebut, terjadi perang Banjarmasin
pada 1859 yang dipimpin Pangeran Antasari, seorang putra Sultan Muhammad yang
anti Belanda. Dalam melawan Belanda, Pangeran Antasari dibantu oleh Pangeran
Hidayatullah.
Pada 1862, Pangeran Hidayatullah ditangkap dan dibuang ke
Cianjur. Dalam pertempuran dengan Belanda pada tahun tersebut, Pangeran
Antasari tewas.
D. PERANG
DUNIA II DI KAWASAN ASIA PASIFIK
Perang Pasifik, yang dikenal di Jepang dengan nama Perang
Asia Timur Raya dan di Tiongkok sebagai Perang Perlawanan Terhadap Agresi
Jepang) (kang-Ri zhanzheng), terjadi di Samudra Pasifik, pulau-pulaunya, dan di
Asia. Konflik ini terjadi antara tahun 1937 dan 1945, namun peristiwa-peristiwa
yang lebih penting terjadi setelah 7 Desember 1941, ketika Jepang menyerang
Amerika Serikat serta wilayah-wilayah yang dikuasai Britania Raya dan banyak
negara lainnya.
Perang ini dimulai lebih awal dari Perang Dunia II yaitu
pada tanggal 8 Juli 1937 oleh sebuah insiden yang disebut Insiden Jembatan
Marco Polo Peristiwa tersebut menyulut peperangan antara Tiongkok dengan
Jepang.Konflik antara Jepang dan Tiongkok dan beberapa dari peristiwa dan
serangannya yang penting juga merupakan bagian dari perang tersebut. Perang ini
terjadi antara Jepang dan pihak Sekutu (yang termasuk Tiongkok, Amerika
Serikat, Britania Raya, Filipina, Australia, Belanda dan Selandia Baru). Uni
Soviet berhasil memukul mundur Jepang pada 1939, dan tetap netral hingga 1945,
saat ia memainkan pernanan penting di pihak Sekutu pada masa-masa akhir perang.
E. PERGERAKAN
NASIONAL PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG
Perlawanan secara Legal
Gerakan Tiga A
• Gerakan ini disebut Tiga A karena semboyannya yang
terdiri atas tiga macam :
• Nippon pelindung Asia
• Nippon cahaya Asia
• Nipppon pemimpin Asia
• Gerakan ini diketuai Oleh Mr. Syamsuddin, tokoh
Parindra Jawa Barat. Gerakan ini tidak banyak menarik rakyat. Oleh karena itu
pemerintah Jepang membubarkan gerakan ini pada tahun 1943 sebagai gantinya
dibentuk Putera.
Pusat Tenaga Rakyat (Putera)
• Organisasi ini dibentuk pada 1 Maret 1943 dibawah
pimpinan empat serangkai, yaitu Ir. Soekarno, Dr. Moh. Hatta, Ki Hajar
Dewantara, dan KH. Mas Mansyur.
• Mereka dinggap mewakili aliran-aliran yang terdapat
dalam masyarakat Indonesia. Karena organisasi ini terlalu bersifat nasional,
maka pada tahun 1944 dibubarkan oleh pemerintah Jepang dan kemudian membentuk
Jawa Hokokai.
Perhimpunan Kebangkitan Jawa (Jawa Hokokai)
• Pimpinan dari organisasi ini di bawah komando militer
Jepang. Organisasi ini tersusun dari tingkat pusat sampai ke tingkat daerah.
Jawa Hokokai dibentuk karena perang sudah semakin meningkat. Rakyat dituntut
agar memberikan pengabdin yang maksimal dan bersedia mengorbankan diri serta
mempertebal rasa persaudaraan.
Pembela Tanah Air (Peta)
• Pembela Tanah Air (Peta) dibentuk pada tahun 1943, yang
merupakan kesatuan militer bersenjata yang dibentuk atas inisatif Gatot
Mangkupraja. Di sini pemuda-pemuda Indonesia dilatih kemiliteran Jepang untuk
keperluannya. Ternyata Peta inilah nantinya merupakan tenaga inti untuk membela
Republik Indonesia. Jepang memanfaatkan pendirian PETA untuk mengerahkan tenaga
dalam rangka menghancurkan Sekutu, yang dianggap merupakan kemenangan terakhir.
Masyumi (Majelis Syuro Muslimin)
• Meskipun Jepang mengekang aktivitas semua kaum
nasionalis, namun golongan nasionalis Islam mendapat perlakuan lain. golongan
ini memperoleh kelonggaran, karena dinilai paling anti Barat. Jepang menduga
bahwa golongan ini akan mudah dirangkul. Sampai bulan November 1943, Jepang
masih memperkenankan berdirinya Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) yang
dibentuk pada zaman Hindia Belanda. Para pemuka agama diundang ke jakarta oleh
Gunseikan Mayor Jendela Okazaki, untuk mengadakan penukaran pikiran. Hasilnya adalah
MIAI diakui sebagai organisasi resmi Umat Islam, dengan syarat harus mengubah
asas dan tujuannya.
Chou Singi-In
• Memsuki awal tahun 1943 Jepang mulai melemah. Mereka
mengalami kekalahan beruntun di berbagi front pertempuran. Pada tanggal 8
Januari 1943, Perdana Menteri Tojo mengumumkan secara resmi bahwa Filipina dan
Birma akan memperoleh kemerdekaannya pada tahun itu juga, sedangkan mengenai
Indonesia tidak disinggung sama sekali. Pernyataan itu dapat menyinggung
perasaan kaum nasionalis dan rakyat Indonesia umumnya. Oleh karena itu, Perdana
Menteri Tojo menganggap perlu mengirim Menteri Urusan Asia Timur Raya, Aoki, ke
Jakarta awal bulan Mei 1943. Aoki adalah Menteri Jepang pertama kali yang ada
di Indonesia.
Sehubungan dengan pertemuan tokoh-tokoh empat serangkai
dengan Menteri Aoki itulah, maka pada tanggal 7 Juli 1943, Tojo datang ke
Jakarta.
F. DAMPAK
PENDUDUKAN JEPANG DALAM BERBAGAI ASPEK KEHIDUPAN
a. Bidang
Politik
Sejak masuknya Jepang di Indonesia, organisasi yang
berkembang pada saat itu dihapuskan dan diganti dengan organisasi buatan
Jepang. Tetapi, pemerintah Jepang masih membiarkan kesempatan pada golongan
nasionalis islam karena dinilainya sangat anti-barat, sehingga organisasi MIAI
masih diperbolehkan tetap berdiri, tetapi karena perkembangannya dianggap
membahayakan Jepang, akhirnya MIAI dibubarkan dan diganti dengan Masyumi.
Bidang Pendidikan
Pendidikan zaman Jepang mengalami perubahan secara
drastis. Dimana sistem pengajaran dan kurikulum disesuaikan dengan kepentingan
perang. Siswa wajib mengikuti latihan dasar kemiliteran. Jepang juga menanamkan
semangat Jepang dan siswa wajib menghapal lagu kebangsaan Jepang. Para guru
diharuskan mengikuti kursus bahasa Jepang. Juga diwajibkannya menggunakan
bahasa Jepang dan Indonesia sebagai bahasa pengantar disekolah untuk
menggantikan bahasa Belanda. Melalui pendidikan, Jepang bermaksud mencetak
kader-kader yang akan mempelopori dan merealisasikan konsepsi ”Kemakmuran
Bersama Asia Timur Raya”.
Bidang Ekonomi
Pada pendudukan Jepang, kegiatan ekonomi diarahkan untuk
kepentingan perang Jepang. Jepang berusaha menguasai sumber bahan mentah untuk
industri Jepang. Sebagian hasil panen harus diserahkan kepada pemerintah.
Rakyat diperbolehkan memiliki 40% hasil panen mereka, 30%disetor kekoperasi
dengan harga yang ditetapkan pemerintah dan sisa 30% disediakan untuk bibit dan
harus disimpan dilumbung desa. Kadang-kadang semua itu dirampas oleh Jepang
sehingga rakyat hanya makan keladi yang gatal, ubi jalar atau bekicot serta
makanan lain yang tidak layak. Selain itu, Jepang juga mengharuskan kaum pria
yang muda dan sehat serta produktif untuk menjadi serdadu pekerja (Romusha).
Akibatnya tidak sedikit nyawa yang terenggut saat itu.
Bidang Budaya
Jepang sebagai negara fasis selalu berusaha untuk dapat
menanamkan kebudayaannya. Salah satu cara Jepang adalah kebiasaan menghormat
kearah matahari terbit. Hal ini berarti bahwa cara menghormat tersebut
merupakan salah satu tradisi Jepang untuk menghormati kaisarnya yang dianggap
keturunan Dewa Matahari.
Militer
Demi untuk memenuhi kepentingan perang Asia Timur Raya
yang memerlukan banyak tentara. Pemerintah Jepang berusaha mengerahkan porensi
rakyat Indonesia dengan membentuk pendidikan semi-militer dan militer, seperti
: Seinendan, Keobodan, Heiho dan PETA. Meskipun pengerahan tersebut
dilaksanakan untu kepentingan Jepang, namun bangsa Indonesia mendapat
keuntungan besar dari proses pendidikan militer ini. Hal ini terasa gunanya,
kelak pada saat bangsa Indonesia menghadapi sekutu dan Belanda yang akan menjajah
kembali Indonesia tahun 1945 – 1949.
Bahasa Indonesia
Jepang berusaha menghapus pengaruh barat di Indonesia.
Antara lain dengan pelarangan penggunaan Bahasa Belanda disekolah-sekolah dan
pertemuan resmi. Bahasa yang dboleh digunakan adalah bahasa Indonesia disamping
bahasa Jepang. Demikian pula buku-buku pelajaran maupun yang berbentuk sastra,
menggunakan bahasa Indonesia.
G. AKTIVITAS
PERJUANGAN DALAM MEMPERSIAPKAN KEMERDEKAAN
1.
Sidang pertama (29 mei – 1 Juni 1945)
Dalam sidang pertama ini, pembicaraan dipusatkan pada
usaha merumuskan dasar filsafat bagi negara Indonesia merdeka dengan membahas
berbagai usul dari peserta sidang.
Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno menyampaikan buah
pikirannya tentang dasar negara Indonesia merdeka :
1. Kebangsaan
Indonesia
2.
Internasionalisme
3. Mufakat
atau Demokrasi
4.
Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan
Yang Maha Esa
Kelima asas yang diusulkan Ir. Soekarno sesuai dengan
petunjuk seorang ahli bahasa diberi nama Pancasila. Oleh karena itu setiap
tanggal 1 Juni dikenal sebagi hari lahirnya Pancasila.
Kemudian tanggal 22 Juni 1945, BPUPKI membentuk panitia
perumus yang tugasnya untuk membahas dan merumuskan hasil sidang pertama.
Panitia perumus tersebut dikenal dengan nama panitia kecil atau panitia 9,
karena beranggotakan 9 orang :
1. Ir.
Soekarno (Ketua)
2. Drs. M.
Hatta (Wakil)
3. K.H. Wachid
Hasyim (Anggota)
4. Kahar
Muzakir (Anggota)
5. Mr. A.A.
Maramis (Anggota)
6. Abikusno
Tjokrosurojo (Anggota)
7. H. Agus
Salim (Anggota)
8. Mr. Achmad
Subarjo (Anggota)
9. Mr. Moh.
Yamin (Anggota).
Sebagai tindak lanjut dari sidang pertama maka
direkomendasikan Piagam Jakarta (Jakarta Charter) tanggal 22 Juni 1945 yang
berisi rumusan dasar negara dan rancangan Pembukaan UUD.
Adapun rumusan dasar negara berdasarkan piagam Jakarta
adalah :
1. Ketuhanan
dengan kewajiban menjalankan syariat-syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya
2. Kemanusian
yang adil dan beradab
3. Persatuan
Indonesia
4. Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Sidang
Kedua ( 10 Juli – 16 Juli 1945 )
Pada sidang yang kedua BPUPKI berhasil membentuk tiga
panitia :
1. Panitia
perancang UUD yang diketuai Ir. Soekarno
2. Panitia
Pembela Tanah Air yang diketuai Abi Kusno
3. Panitia
keuangan dan perekonomian yang diketuai Moh. Hatta
Panitia perancang dalam sidangnya tanggal 11 Juli 1945
menerima konsep naskah pembukaan UUD yang diambil dari piagam Jakarta. Panitia
perancang kemudian membentuk panitia kecil perancang Undang-Undang Dasar yang
diketuai Mr. Supomo. Ia bertugas menyempurnakan dan menyusun kembali rancangan
UUD yang telah disepakati.
Tanggal 13 Juli 1945, pembentuk Tim Panitia Kecil yang
diketuai Ir. Soekarno mengadakan sidang untuk membahas laporan hasil kerja
Panitia Kecil Perancang UUD yang diketuai Mr. Supomo. Dalam rapat Pleno tanggal
14 Juli 1945, BPUPKI menerima laporan Panitia Perancang UUD yang dibacakan Ir.
Soekarno :
1. Pernyataan
Indonesia merdeka
2. Pembukaan
UUD
3. Batang
Tubuh UUD
Setelah melalui sidang yang alot, hasil kerja Panitia
Perancang UUD akhirnya diterima BPUPKI. Hal itu merupakan momentum penting
dalam menentukan masa depan bangsa dan negara Indonesia. Rumusan yang telah
disempurnakan dan diterima secara bulat oleh sidang tersebut kemudian dikenal
dengan Undang-Undang Dasar 1945.
Pertemuan Ke empat
BAB 4 PERKEMBANGAN PAHAM-PAHAM BARU DAN MUNCULNYA
PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA
E.
PAHAM-PAHAM BARU DARI BARAT
1.
Nasionalisme
a. Pengertian
- Menurut
Otto Bouer, nasionalisme muncul karena adanya persamaan sikap dan tingkah laku
dalam memperjuangkan nasib yang sama, sedangkan
- Hans
Kohn berpendapat bahwa nasionalisme adalah suatu paham yang menempatkan
kesetiaan tertinggi individu kepada Negara dan bangsa. Semen
- Ernest
Renant menyatakan, nasionalisme ada ketika muncul keinginan untuk bersatu
2. Demokrasi
Demokrasi berasal dari kata demos yang artinya rakyat,
dan kratos yang berarti . Jadi, demokrasi berarti pemerintahan “dari rakyat
untuk rakyat”. Prinsip-prinsip yang mendasari ide demokrasi adalah
konstitusionalisme, kedaulatan rakyat, aparat yang bertanggungjawab, jaminan
kewajiban sipil, pemerintah berdasarkan undang-undang, dan asas mayoritas
Demokrasi sudah ada pada jaman Yunani kuno, yang dikenal dengan demokrasi
langsung, dimana rakyat seluruhnya bias langsung atau memutuskan suatu perkara.
Hal ini dimungkinkan karena saat itu di Yunani masih berbentuk negara-kota
(polis) yang penduduknya sekitar 30 orang per polis. Pada Revolusi Amerika
tahun 1776 dalam Declaration of Independence, menyatakan bahwa tidak ada
kekuasaan yang adil tanpa persetujuan rakyat
3.
Liberalisme
Liberal berasal dari kata “liberty”, yang berarti
kebebasan. Kebebasan dalam arti kemerdekaan pribadi, hak untuk mendapatkan
perlindungan, dan kebebasan dalam menentukan sikap. Liberalisme adalah suatu
aliran pemikiran yang mengharapkan kemajuan dalam berbagai bidang atas dasar
kebebasan individu yang dapat mengembangkan bakat dan kemampuannya sebebas
mungkin, Beberapa tokoh yang bisa dianggap sebagai penganut dan yang
mengembangkan paham liberalisme, yaitu:
a. John
Locke. Menurut pendapatnya, negara terbentuk dari perjanjiann sosial antara
individu dengan yang hidup bebas dengan penguasa.
b.
Montesquieu. Dalam bukunya spirit the law, terdapat pemisahan kekuasaan
dalam pemerintahan yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Tujuannya agar
terdapat pengawasan antar lembaga agar tidak terjadi penyalahgunaan wewenang
4. Sosialisme
Sosialisme ialah paham yang menghendaki suatu masyarakat
dibentuk secara kolektif (oleh kita, untuk kita). Titik berat dari paham ini
ada pada masyarakat, bukan individu. Dan dalam hal ini sosialisme merupakan
lawan dari liberalisme. Pada awalnya sosialisme muncul sebagai reaksi atas
liberalisme abad ke-19. Pendukung liberalisme adalah kelas menengah (middle
class), yang oleh Karl Marx disebut kaum “borjuis”. Kelas menengah ini adalah
memiliki industri, perdagangan dan memiliki pengaruh dalam masyarakat dan
pemerintah. Ketertindasan kaum buruh oleh para pemilik modal (kapital)
menimbulkan reaksi golongan kelas menengah, yang sampai sekarang dikenal dengan
istilah gerakan sosialisme. Tujuannya menghilangkan pertentangan antar kelas,
kelas buruh dan pemodal. Oleh Marx, sosialisme dikembangkan menjadi komunisme.
B.
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN NASIONALISME DI ASIA DAN AFRIKA
Ciri-ciri umum sistem birokrasi Barat yang diperkenalkan
di Negara-negara Asia
Tenggara
Kuasa barat menubuhkan kerajaan pusat
Barat melantik Gabenor Jeneral sebagai ketua pentadbir
Mereka melaksanakan pentadbiran melalui biro(jabatan)
Pegawai barat dilantik sebagai ketua biro
Kuasa barat memperkenalkan undang-undang barat.
Ciri-ciri birokrasi yang diperkenalkan oleh Sepanyol di
Filipina.
Sepanyol memperkenalkan sistem pentadbiran berpusat
Gabenor Jeneral menjadi pemerintah tertinggi di peringkat
pusat
Datuk Bandar menjadi pentadbir wilayah
Gabenor kecil menjadi pentadbir Bandar
Encomiendero menjadi pemerintah Encomienda
Maksud Sistem Encomienda
Sistem pentadbiran Sepanyol diperingkat tempatan
pemerintahnya diketuai encomiendero
Tugas-tugas Encomiendero yang diperkenalkan Sepanyol di
Filipina.
menjaga keamanan
mengutip cukai
mengkristiankan penduduk barangay
Sebab sistem Encomienda dibenci oleh penduduk Filipina.
mengenakan cukai yang tinggi
mengenakan kerahan tenaga terhadap penduduk
Perubahan sistem pentadbiran yang diperkenalkan oleh
Belanda di Indonesia.
pentadbiran dibahagikan kepada pentadbiran pusat dan
tempatan
pentadbiran pusat diketuai oleh Gabenor Jeneral
pentadbiran tempatan diketuai dikendalikan oleh pembesar
tempatan
pentadbiran tempatan menjalankan tugas dengan pengawasan
pegawai Belanda
Belanda menubuhkan jabatan kerajaan seperti Jabatan
Pelajaran dan Pertanian
Belanda menubuhkan dewan tempatan
dewan tempatan berfungsi sebagai penasihat pentadbiran
Belanda
dewan tempatan tiada kuasa perundangan
Belanda menubuhkan Volksraad
Volksraad merupakan majlis rakyat
Bentuk sistem pemerintahan di Burma sebelum kedatangan British
Burma mengamalkan sistem pemerintahan beraja di bawah
dinasti Konbaung
pemerintahan dan pentadbiran diketuai oleh raja
raja dibantu oleh Hluttaw(majlis diraja) dan Wun(pegawai
tinggi kerajaan)
Myothugyi menjadi ketua Bandar
Ahmudan menjadi pegawai diraja
Athi merupakan pembesar-pembesar tradisional
raja menjadi penaung kepada sami Buddha.
C. LAHIRNYA
PRGERAKAN NASIONAL INDONESIA
1. Budi Utomo.
Pada tahun 1906 di Yogyakarta dr. Wahidin Sudirohusodo
mempunyai
gagasan untuk mendirikan studiefonds atau dana pelajar.
Tujuannya adalah
mengumpulkan dana untuk membiayaai pemuda-pemuda bumi
putra yang pandai,
tetapi miskin agar dapat memneruskan ke sekolah yang
lebih tinggi. Untuk
mewujudkan gagasan nya tersebut, beliau mengadakan
perjalanan keliling jawa.
Ketika sampai di Jakarta, dr. Wahidin Sudirohusodo
bertemu dengan
mahasiswa-mahasiswa STOVIA. STOVIA adalah sekolah untuk
mendidik dokterdokter
pribumi. Mahasiswa-mahasiswa tersebut antara lain Sutomo,
Cipto
Mangunkusumo, Gunawan Mangunkusumo, Suraji, dan Gumbrek.
Dr. Wahidin
Sudirohusodo memberikan dorongan kepada mereka agar
membentuk suatu
organisasi. Dorongan tersebut mendapat sambutan baik dari
para mahasiswa
STOVIA.
Pada tanggal 20 Mei 1908 bertempat di Gedung STOVIA. Para
mahasiswa
STOVIA mendirikan organisasi yang diberi nama Budi Utomo.
Budi Utomo artinya
budi yang utama. Tanggal berdirinya Budi Utomo yaitu 20
Mei dijadikan sebagai
Hari Kebangkitan Nasional.
2. Serikat Dagang Islam.
Revolusi Nasional Cina yang dipelopori oleh dr. Sun Yat
Sen pada tanggal
10 Oktober 1911 telah berpengaruh terhadap orang-orang
Cina perantauan di
Indonesia. Mereka segera mendirikan ikatan-ikatan yang
bercorak nasionalis Cina.
Kedudukan mereka dibidang ekonomi sangat kuat. Mereka
menguasai penjualan
bahan-bahan batik. Para pedagang batik pribumi merasa
terdesak atau dirugikan.
Untuk menghadapi para pedagang Cina itu, pada tahun 1911
para pedagang
batik Solo dibawah pimpinan H. Samanhudi mendirikan
Serikat Dagang Islam
(SDI). Tujuan berdirinya Sarikat Dagang Islam adalah :
a. Memajukan perdagangan.
b. Melawan monopoli pedagang tionghoa, dan
c. Memajukan agama Islam.
Serikat Dagang Islam mengalami perkembangan pesat karena
bersifat nasionalis,
religius, dan ekonomis.
3. Indische Partij.
Indische Partij didirikan di Bandung pada tanggal 25
Desember 1912 .
Pendirinya adalah dr. E.F.E Douwes Dekker, dr. Cipto
Mangunkusumo, dan Ki Hajar
Dewantara.
IP bertujuan mempersatukan bangsa Indonesia untuk
mencapai
kemerdekaan. Tokoh-tokoh IP menyebarluaskan tujuannya melalui
surat kabar.
Dalam waktu singkat IP mempunyai banyak anggota.
Cabang-cabangnya tersebar diseluruh Indonesia. Pemerintah Hindia Belanda
menganggap organisasi ini
membahayakan kedudukannya. Pada bulan Maret 1913
Pemerintah Hindia Belanda
melarang kegitan IP. Pada bulan Agustus tahun yang sama
para pemimpin IP dijatuhi
hukuman pengasingan.
4. Partai Nasional Indonesia.
Pada tanggal 4 Juli 1927 para pengurus Algemeene Studie
Club
(Kelompok Belajar Umum) di Bandung mendirikan perkumpulan
baru
yang dinamakan Perserikatan Nasional Indonesia. Mereka
adalah Ir. Soekarno,
Mr. Sartono, dr. Samsi, Mr. Iskaq Cokrohadisuryo, Mr.
Budiarto, Mr. Ali
Sastroamijoyo, Mr. Sunario, dan Ir. Anwari. Perkumpulan
ini kemudian berganti
nama menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI), dll.
Pertemuan Ke lima
BAB 5 TERBENTUKNYA NEGARA KEBANGSAAN INDONESIA
A. KRONOLOGI
PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA
6 Agustus 1945
Sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima di
Jepang, oleh Amerika Serikat.
7 Agustus 1945
BPUPKI berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia).
9 Agustus 1945
Bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki dan akhirnya
menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun
dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.
Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman
Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di
sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka
dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan
kemerdekaan kepada Indonesia.
10 Agustus 1945
Sementara itu, di Indonesia, Sutan Syahrir telah
mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para
pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak
bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang. Syahrir memberitahu
penyair Chairil Anwar tentang dijatuhkannya bom atom di Nagasaki dan bahwa
Jepang telah menerima ultimatum dari Sekutu untuk menyerah. Syahrir mengetahui
hal itu melalui siaran radio luar negeri, yang ketika itu terlarang. Berita ini
kemudian tersebar di lingkungan para pemuda terutama para pendukung Syahrir.
12 Agustus 1945
Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam,
mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan
segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat
dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI.[1] Meskipun
demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.
14 Agustus 1945
Saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air
dari Dalat, Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan
karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena
Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari
perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta
menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat.
Sementara itu Syahrir menyiapkan pengikutnya yang bakal
berdemonstrasi dan bahkan mungkin harus siap menghadapi bala tentara Jepang
dalam hal mereka akan menggunakan kekerasan. Syahrir telah menyusun teks
proklamasi dan telah dikirimkan ke seluruh Jawa untuk dicetak dan
dibagi-bagikan.
Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan
proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang
besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap.
Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan
kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan
proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang.
15 Agustus 1945
Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut
Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan
mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Belanda. Sutan Sjahrir, salah
satu tokoh pemuda mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar
desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua
untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak
ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada
saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan
muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang
dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita
sendiri, bukan pemberian Jepang.
Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang
(Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan
Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.
Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor
Bukanfu, Laksamana Maeda, di Jalan Imam Bonjol. Maeda menyambut kedatangan
mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat.
16 Agustus 1945
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam
penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 -
04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan di kediaman Soekarno,
Jl. Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir.
Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi
ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik,
Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks
proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa
Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti melik. Pagi
harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah
hadir antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti.
Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan
disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah
dijahit oleh bu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo,
wakil walikota Jakarta saat itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor.
Pada awalnya Trimurti diminta untuk menaikkan bendera
namun ia menolak dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh
seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah Latief Hendraningrat, seorang
prajurit PETA, dibantu oleh Soehoed untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul
dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih (Sang Saka Merah
Putih), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera
berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya. Sampai saat ini, bendera
pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional.
Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100
orang anggota Barisan Pelopor yang dipimpin S.Brata datang terburu-buru karena
mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan.
Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak.
Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka.
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan
Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang
selanjutnya dikenal sebagai UUD 45. Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan
Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di
tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR) yang akan dibentuk kemudian.
Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari
otto iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil
presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil presiden akan
dibantu oleh sebuah Komite Nasional.
Isi teks proklamasi :
Isi teks proklamasi kemerdekaan yang singkat ini adalah:
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan
Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l.,
diselenggarakan
dengan tjara seksama dan dalam tempo jang
sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta
Di sini ditulis tahun 05 karena ini sesuai dengan tahun
Jepang yang kala itu adalah tahun 2605.
Teks diatas merupakan hasil ketikan dari Sayuti Melik
(atau Sajoeti Melik), salah seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam
persiapan proklamasi.
Sementara naskah yang sebenarnya hasil gubahan Muh.
Hatta, A. Soebardjo, dan dibantu oleh Ir. Soekarno sebagai pencatat. Adapun
bunyi teks naskah otentik itu sebagai berikut:
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan
Indonesia.
Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan d.l.l.,
diselenggarakan
dengan cara saksama dan dalam tempo yang
sesingkat-singkatnya.
Jakarta, hari 17, bulan 8, tahun 45
Wakil2 bangsa Indonesia.
B. PERBEDAAN
PANDANGAN ANTARKELOMPOK DI SEKITAR PROKLAMASI
Berita tentang kekalahan Jepang, diketahui oleh sebagian
golongan muda melalui radio siaran luar negeri. Pada malam harinya Sutan
syahrir menyampaikan berita itu kepada Moh. Hatta. Syahrir juga menanyakan
mengenai kemerdekaan Indonesia sehubungan dengan peristiwa tersebut. Moh. Hatta
berjanji akan menanyakan hal itu kepada Gunseikanbu. Setelah yakin bahwa Jepang
telah menyerah kepada Sekutu, Moh. Hatta mengambil keputusan untuk segera
mengundang anggota PPKI.
Selanjutnya golongan muda mengadakan rapat di salah satu
ruangan Lembaga Bakteriologi di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta. Rapat
dilaksanakan pada tanggal 15 agustus 1945, pukul 20.30 waktu Jawa. Rapat yang
dipimpin oleh Chairul Saleh itu menghasilkan keputusan “ kemerdekaan
Indonesia adalah hak dan soal rakyat Indonesia sendiri, tak dapat
digantungkan pada orang dan negara lain. Segala ikatan dan hubungan dengan
janji kemerdekaan dari Jepang harus diputuskan dan sebaliknya diharapkan
diadakan perundingan dengan golongan muda agar mereka diikutsertakan dalam
pernyataan proklamasi.”
Keputusan rapat itu disampaikan oleh Wikana dan Darwis
pada pukul 22.30 waktu Jawa kepada Ir. Sukarno di rumahnya, Jl. Pegangsaan
Timur 56, Jakarta. Kedua utusan tersebut
segera menyampaikan keputusan golongan muda agar Ir. Sukarno segera
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanpa menunggu hadiah dari Jepang. Tuntutan
Wikana yang disertai ancaman bahwa akan terjadi pertumpahan darah jika Ir.
Sukarno tidak menyatakan proklamasi keesokan harinya telah menimbulkan
ketegangan. Ir. Sukarno marah dan berkata “Ini leher saya, seretlah saya ke
pojok itu dan sudahilah nyawa saya malam ini juga, jangan menunggu sampai
besok. Saya tidak bisa melepaskan tanggungjawab saya sebagai ketua PPKI. Karena itu saya tanyakan kepada wakil-wakil
PPKI besok”. Ketegangan itu juga
disaksikan oleh golongan tua lainnya seperti : Drs. Moh. Hatta, dr. Buntaran,
dr. Samsi, Mr. Ahmad Subardjo dan Iwa Kusumasumantri.
C.
PENYEBARLUASAN BERITA PROKLAMASI DAN SAMBUTAN RAKYAT INDONESIA TERHADAP
PROKLAMASI KEMERDEKAAN
Ketika Soekarno-Hatta memproklamasikan Kemerdekaan
Republik Indonesia, pemimpin Domei Indonesia Adam Malik dari tempat
persembunyiannya di Bungur Besar menelepon Asa Bafagih dan mendiktekan bunyi
teks proklamasi.
Adam Malik minta agar berita tersebut diteruskan kepada
Pangulu Lubis untuk segera disiarkan tanpa izin Hodohan (sensor Jepang)
sebagaimana biasanya. Perintah Adam Malik itu dilaksanakan Pangulu Lubis dengan
menyelipkan berita proklamasi diantara berita-berita yang telah disetujui
Hodohan yang kemudian disiarkan melalui kawat (morce cast) oleh teknisi
Indonesia, Markonis Wua, dengan diawasi Markonis Soegiarin.
Berita tersebut segera menyebar, dapat ditangkap di San
Fransisco (AS) maupun di Australia.Pemerintah pendudukan Jepang gempar setelah
mengetahui tersiarnya berita kemerdekaan RI.
Semua pagawai Jepang di Domei dimintai
pertanggungjawaban. Domei segera membuat berita bantahan proklamasi dengan
menyebutnya "salah". Mereka yang ditugaskan membuat bantahan adalah
Sjamsuddin Sutan Makmur dan Rinto Alwi dibantu seorang Jepang bernama Tanabe.
Dua orang Indonesia itu karena ditentang teman-temannya tidak bersedia membuat
berita bantahan sehingga hanya Tanabe sendiri yang membuatnya dan Markonis Wau
menyiarkan melalui kawat.
Berita proklamasi kemerdekaan itu kemudian diteruskan ke
Radio Republik Indonesia (RRI) yang ketika itu juga dikuasai Jepang dengan nama
Hoso Kyoku. Jumat petang 17 Agustus 1945 seorang dari Domei masuk ke RRI dengan
cara meloncat dari tembok belakang - karena di depan dijaga ketat oleh serdadu
Jepang Kempetai. Ia memberikan secarik kertas dari Adam Malik kepada penyiar
Jusuf Ronodipuro.
Jusuf Ronodipuro menyiarkan teks proklamasi itu pada
pukul 19:00 WIB dari studio siaran luar negeri yang tidak dijaga Kempetai. Sama
seperti di Antara, berita tersebut diselundupkan tanpa sepengetahuan Jepang
disiarkan sehingga berita kemerdekaan tersebut semakin meluas jangkauannya,
terbukti kemudian berita itu menjadi bahan percakapan dari mulut ke mulut.
Kantor Domei Cabang Surabaya merupakan kantor cabang
pertama yang melepaskan diri dari ikatan Domei Pusat Jakarta.Di Semarang,
berita proklamasi dari Domei Jakarta diteruskan kepada penguasa tertinggi
Indonesia di sana, Mr. Wongsonegoro yang saat itu menjabat Fuku Shuchookan
(Wakil Residen Semarang). Berita itu dibacakan Wongsonegoro dalam sidang pleno
dan mendapat tanggapan meriah lalu disebarluaskan kepada masyarakat sampai ada
berita bantahan dari Domei.
Menyerahnya Jepang kepada Sekutu membuat orang-orang
Jepang di Domei Semarang kehilangan gairah kerja. Sebaliknya orang-orang
Indonesia sangat bergairah bahkan mengambil alih dan menguasai kantor berita
Domei..
Jepang melarang penyebarannya karena berita tersebut
dikirim dari Jakarta tanpa melalui izin Sendenbucho atau Kepala Barisan
Propaganda Jepang. Meski Jepang lebih ketat melakukan pengawasan terhadap
penyebaran berita tersebut, berita proklamasi tetap dapat sampai ke meja
redaksi surat kabar dan radio Jepang Bandung Hoso Kyoku atau Radio Nirom pada
zaman Belanda, Harian Tjahaja dan Soeara Merdeka. Kejadian serupa juga terjadi
di Yogyakarta maupun di daerah-daerah lainnya. Semua merupakan perjuangan Antara
dalam menyiarkan teks proklamasi.
D. PROSES
TERBENTUKNYA NEGARA DAN PEMERINTAHAN REPUBLIK INDONESIA
Pada tanggal 18 Agustus 1945 Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) menyelenggarakan siding untuk pertama kali yang
dipimpin oleh Ir. Soekarno. Dalam sidang PPKI itu dibahas berbagai persoalan
untuk melengkapi keberadaan negara Republik Indonesia yang baru
diproklamasikan. Bahkan materi yang dibahas dalam sidang PPKI itu merupakan
kelanjutan dari sidang BPUPKI tanggal 10 – 16 Juli 1945. Dalam sidang PPKI itu
berhasil diambil suatu keputusan yang sangat penting bagi pemerintahan negara
Republik Indonesia yang baru berdiri. Keputusan yang berhasil dicapai dalam
sidang PPKI adalah sebagai berikut.
a. Mengesahkan
rancangan undang-undang dasar negara yang dibahas dalam sidang BPUPKI menjadi
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Selanjutnya Undang-Undang Dasar
itu lebih dikenal dengan istilah Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945).
b. Memilih dan
mengangkat Presiden dan Wakil Presiden sebagai pelaksana pemerintahan yang sah
dari Negara Republik Indonesia yang baru berdiri. Selanjutnya PPKI memilih dan
mengangkat Ir. Soekarno sebagai Presiden serta Drs. Moh. Hatta sebagai Wakil
Presiden.
c. Membentuk
Komite Nasional Indonesia sebagai lembaga yang membantu Presiden dalam
melaksanakan tugas-tugasnya sebelum terbentuknya Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
melalui pemilihan umum (pemilu).
Sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945 berjalan dengan
lancar dan berhasil membentuk serta mengesahkan UUD 1945, memilih dan
mengangkat Presiden dan Wakil Presiden serta membentuk Komite Nasional
Indonesia (KNI). Dengan demikian, sejak tanggal 18 Agustus 1945, yaitu sehari
setelah Indonesia merdeka, negara Republik Indonesia telah memiliki system
pemerintahan yang sah dan diakui oleh seluruh rakyat Indonesia.
Perhatian
catat pertemuan satu tatap muka
catat pertemuan satu tatap muka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar